Ancelotti menyulap Real Madrid menjadi tim yang penuh tanda tanya. Enigma itu merisaukan Thomas Tuchel.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
MUENCHEN, SENIN — Thomas Tuchel tidak bisa menyembunyikan keheranannya terhadap skema permainan Real Madrid musim ini. Pelatih Bayern Muenchen tersebut dipaksa memeras otak jelang menghadapi Real pada semifinal Liga Champions Eropa di Stadion Allianz Arena, Muenchen, Rabu (1/5/2024) pukul 02.00 WIB. Ia menyoroti perkembangan Real menjadi tim yang begitu adaptif di bawah besutan Carlo Ancelotti.
Real menatap semifinal berbekal empat kemenangan beruntun di semua kompetisi. Dalam empat laga terakhir itu, dua tim raksasa, Manchester City dan Barcelona, sudah menjadi korban Real. Mereka tidak berdaya meredam permainan Real yang amat efektif meski cenderung kurang dominan.
Saat melawan City, Real bisa menciptakan jumlah peluang yang lebih banyak kendati kalah dalam penguasaan bola. Demikian pula ketika menghadapi Barca, Real yang tidak begitu dominan justru mampu mencatatkan angka ekspektasi gol (expected goal/xG) lebih baik. Semua itu menjadi ciri khas Real di bawah Ancelotti yang sukses membuat timnya bermain berdasarkan fungsi, bukan patuh pada sistem.
”Jika Anda melihat gol-gol Real Madrid dan peluang-peluang yang tercipta, lalu memundurkannya 10 detik, Anda tidak selalu bisa melihatnya (gol) akan terjadi. Segalanya tampak terkendali (bagi tim lawan), dengan Real Madrid kalah jumlah. Namun, (mereka) maju cepat lima detik dan gol pun tercipta,” kata Tuchel dalam konferensi pers jelang laga.
Untaian kalimat bernada keheranan tentang Real itu tidak hanya datang dari Tuchel. Sebelumnya, gelandang City, Bernardo Silva, juga mengungkapkan hal serupa. Bernardo menilai Real sebagai tim yang membingungkan. Ia merasakannya saat menjajal kekuatan Real di perempat final. Meski City mendominasi permainan, mereka bisa kebobolan tiga gol di pertemuan pertama dan satu gol di pertemuan kedua.
”Real Madrid adalah tim yang aneh. Terkadang Anda merasa seperti mengendalikan permainan, tetapi tiba-tiba mereka melakukan serangan balik dan mencetak gol karena pemain mereka sangat bagus secara individu,” katanya.
Pendapat serupa pun diutarakan Tuchel. Dalam analisis Tuchel, Real tersusun atas pemain-pemain yang memiliki kualitas individu mumpuni. Kelebihan itu mereka padukan dengan kemampuan di atas rata-rata untuk bertukar posisi secara cepat dan akurat.
Pada laga melawan City dan Barca, Real punya senjata yang sangat merepotkan, yaitu serangan balik dan kecepatan mengubah arah serangan (switch play). Kemampuan itulah yang salah satunya juga coba diredam Tuchel pada pertandingan nanti. Empat gol yang bersarang di gawang City dalam dua pertemuan adalah buktinya.
Kecenderungan Ancelotti untuk membebaskan para pemainnya dalam berimprovisasi di atas lapangan menjadi poin tambahan mengapa Real sangat sulit diprediksi. Pendekatan ini membuat para pemain Real punya diskresi lebih banyak sehingga leluasa dalam berkreativitas. Setiap pemain akhirnya bisa memaksimalkan kelebihan yang mereka miliki.
Meski demikian, bukan berarti Ancelotti tidak berpegangan pada sistem dalam permainannya. Musim ini pelatih asal Italia itu nyaman menerapkan formasi 4-4-2, tetapi bisa berubah dengan cepat begitu melihat lawan menyesuaikan diri. Itu ditopang para pemain Real yang juga punya kelebihan unik masing-masing. Dengan kelebihan itu, mereka saling mengisi satu sama lain.
Di lini depan, Real punya Vinicius Junior atau Rodrygo yang punya kelebihan dalam menggiring bola dan kecepatan. Di tengah ada Toni Kroos atau Luka Modric yang piawai dalam mendistribusikan bola. Kemampuan Kroos dan Modric dalam switch play menggunakan akurasi umpannya berperan besar dalam kemenangan 3-2 Real atas Barca.
Selain itu, Real juga beruntung memiliki gelandang serang sekelas Jude Bellingham yang berstamina prima untuk melakukan tekanan tinggi sepanjang 90 menit. Bellingham turut piawai dalam mengeksploitasi ruang kosong di pertahanan lawan tanpa terdeteksi. Adapun di lini belakang, Real punya bek sayap Lucas Vazquez, Dani Carvajal, dan Ferland Mendy yang mumpuni dalam menyerang atau bertahan.
”Ini adalah salah satu pertandingan tersulit yang bisa Anda mainkan. Semifinal melawan klub terbesar di dunia. Kami menantikan tantangan ini dan berharap kami dapat memanfaatkan kesempatan ini,” ujar Tuchel.
Pengalaman semifinal
Real dan Muenchen bukan kali ini saja bertemu di semifinal. Kedua tim juga pernah bertemu pada semifinal Liga Champions musim 2017-2018. Kala itu, Real menang 4-3 secara agregat sebelum mengalahkan Liverpool di final. Kali ini Muenchen pantang kembali kalah dari Real karena Liga Champions adalah satu-satunya harapan mereka untuk meraih gelar musim ini.
Harapan Muenchen untuk menangkal enigma Real hadir saat memastikan kemenangan 2-1 atas Eintracht Frankfurt akhir pekan lalu. Penyerang Harry Kane memborong dua gol Muenchen di laga tersebut. Torehan itu menggenapi koleksi gol Kane menjadi 42 dalam satu musim di seluruh kompetisi. Jumlah tersebut merupakan rekor pribadi baginya. Kane akan kembali diandalkan Tuchel untuk membobol gawang Real.
”Saya dalam suasana hati yang baik dan percaya diri. Jika rekan-rekan saya melayani saya seperti yang mereka lakukan sepanjang musim, saya akan mencetak gol,” ucap Kane.
Untuk meredam Kane, Ancelotti mendapatkan amunisi tambahan setelah Aurelien Tchouameni dipastikan bisa bermain. Gelandang bertahan berpaspor Perancis itu sebelumnya absen karena akumulasi kartu kuning. Hanya saja, Real kemungkinan masih akan kehilangan Mendy yang menderita cedera otot. Jika Mendy absen, Eduardo Camavinga dipersiapkan bermain di pos bek kiri.
Ancelotti mengungkapkan masih mengutak-atik susunan pemain yang disiapkan menghadapi Muenchen. Dia merotasi sejumlah pemain ketika menghadapi Real Sociedad akhir pekan lalu. Ada kemungkinan Ancelotti akan memainkan Eder Militao di pos bek tengah dan Thibaut Courtois sebagai kiper utama. Kedua pemain itu sebelumnya menepi cukup lama akibat cedera.